Tinta Hitam

Minggu, 21 Desember 2014

Yala, kemarin sore




Provinsi yang terletak di wilayah paling selatan dari Thailand ini menyuarakan nyanyian dari gemercik air hujan. Sejak pukul 2 pagi tadi, hingga sekarang pukul 11.00 belum ada tanda-tanda awan akan berhenti menunjukkan eksistensinya. Aku tak lupa kalau hari ini ada sebuah acara besar yang akan aku datangi bersama dua orang lainnya yang asli warga Thailand Selatan. mereka adalah Kak Sujjah dan Kak Aminah. keduanya mengabdi di Tarbiyatul Watan School, lembaga pendidikan yang terletak di kampung Melayu Bangkok, Yala, Thailand Selatan. Dilembaga ini ada tingkat sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak (anuban), Sekolah Dasar (Prathom) yang baru menginjak tahun kedua, dan sekolah setingkat SMP, SMA (matium). Masih serupa dengan Indonesia, bahkan orang-orang disinipun tak kalah ramah dengan Indonesia.
pagi itu aku tak mengajar. Aku menunggu Kak Nah yang akan memboncengku menuju rumah Kak Sujjah. Kak Sujjah yang nantinya akan menjadi pemandu bersama mobil manisnya. Masih pukul 09.30. acara sudah dimulai, tetapi peserta belum terlalu ramai. Beberapa sambutan dibawakan mulai dari ketua panitia hingga ketua Jurusan. Usai beberapa sambutan itu, ada pembacaan puisi oleh seorang pemuda yang menjuluki dirinya sebagai putera Fatoni. Kulihat di depan tadi juga ada beberapa antologi puisi karyanya. Akukurang tahu dia memiliki jabatan apa, tetapi yang jelas ia adalah calon satrawan besar di negerinya ini.
materi siang itu berkutat pada pembahasan tentang bahasa melayu dengan menggunkan huruf Arab Jawi. Bapak pemateri bernama H. Muhamad Suhaimi bin Haji Ismail. Beliau mengahadirkan huruf-huruf arab yang di eja dalam bahasa Melayu. Ada beberapa huruf tambahan yang tidak ada dalam ejaan bahasa Arab, namun ada di dalam Bahasa Melayu menggunakan Arab Jawi.
Ketika nama Jawi disebutkan aku jadi merasa sangat beruntung, senang dan kegembiraan yang tak bisa dilukiskan. Sejarah nama Nusantara yang sedari tadi sering disebut oleh pemateri membuatku tersadar. Negeriku menyimpan sejarah yang besar, kerajaan bernama Majapahit yang saat itu di pimpin oleh Gajah Mada telah mempersatukan seluruh kepulauan melayu ini menjadi nama Nusantara. Nusantara yang berarti tak hanya Indonesia. Kata beliau, dulu Pattani juga termasuk dalam wilayah Nusantara. Dulu Pattani meliputi empat daerah yaitu Yala, Narathiwat, Songkhla dan Pattani sendiri sebagai Ibukotanya. Tetapi setelah adanya penjajahan oleh Bangsa Siam, kini wilayah itu berdiri sendiri-sendiri menjadi provinsi.
di Yala, tempat kini dirudung hujan setiap harinya membuatku betah untuk bermalas-malas menikmati rintik air hujan, bermain dengan anak-anak kecil, lalu tersenyum bersama mereka. Disini banyak nyiur yang sayu di basuh hujan, ia menunduk lesu karena terlalu pasrah oleh air. Ia mengingatkan ku pada halaman Tanah Air, juga pada seseorang yang tadi sempat menjadi moderator di acara seminar. Seorang pemuda berwajah manis, senyum memukau, suara lantang dan kata-kata penuh makna yang ia ucapkan. Aku tak tahu siapa namanya, ia hanya menyebutkan bahwa ia berasal dari Aceh Selatan. Perasaan sesaat yang muncul karena kagum. Subhanallah. Semoga akan luntur seiring berjalannya waktu.  Datang dari-Nya, dan akan pergi pula atas izin-Nya. J
Yala, Kemarin sore...